Obat kanker dengan propolis dan royal jelly (sumber http://www.trubus-online.co.id)
‘Peluang
untuk sembuh hanya 1%,’ kata dokter yang memeriksa Evie Sri. Sri
mengidap kanker payudara stadium III. Celakanya sel kanker mengalami
metastasis ke lever. ‘Rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum,’ kata Sri.
Namun, sebelas bulan kemudian Evie Sri masih bugar. Dokter yang
memeriksa Sri terperangah, proses pengecilan sel kanker begitu cepat.
Evie Sri masih ingat ketika tangannya meraba sebuah benjolan di payudara
kanan. Itu pada Februari 2008.
Perempuan
50 tahun itu tak hirau lantaran benjolan tak menimbulkan sakit. Rasa
sakit bagai ditusuk-tusuk jarum itu baru ia rasakan pada April 2008
sehingga ia bergegas ke rumahsakit. Saat itulah dokter mendiagnosis Evie
Sri mengidap kanker payudara stadium III. Untuk mengatasi penyakit
ganas itu, doker menyarankan biopsi dan 8 kali kemoterapi.Biaya sekali
biopsi Rp3,5-juta; kemoterapi, Rp6-juta. Artinya Sri mesti menyediakan
dana Rp50-juta. Padahal, di tabungan cuma tersisa Rp7,5-juta. Itu yang
membuat Evie Sri dan suami bimbang.
Sri
melakukan tes kadar CA15-3-untuk mengetahui antigen tumor payudara di
darah, sekali lagi di sebuah laboratorium. Namun, hasilnya sama: kadar
CA mencapai 172,95 µ/ml; kadar normal maksimal 30 µ/ml. Hasil uji itu
membuat mental Sri melorot. Sepekan lamanya ia menangis. Toh, akhirnya
kepala sekolah dasar itu tak punya banyak pilihan. Ia menjalani 8
kemoterapi dengan interval 21 hari mulai Mei 2008. Setiap menyisir, ia
melihat helaian rambut menempel di sisir. Itu salah satu efek
kemoterapi, selain hilangnya nafsu makan sehingga badan kurus. Setelah 4
kali kemoterapi, dokter menyatakan bahwa kanker di lever Sri sembuh.
Muncul lagi.
Setelah
kemoterapi ke-8 pada September 2008, dokter menyarankan operasi
pengangkatan payudara. Sri bergeming karena harus terbang ke tanah suci
untuk menunaikan ibadah haji. Sri kaget karena benjolan di payudara kian
hari kian membesar dan mengeluarkan cairan kuning. ‘Rasanya seperti
disilet dan ditusuk kawat besar,’ kata Sri. Operasi pengangkatan
akhirnya batal karena sel kanker membesar. Dokter menyarankan kemoterapi
lanjutan.
Menurut
Dr Henry Naland Sp.B Onkologi, hampir semua manusia mempunyai onkogen
alias gen pembawa kanker di kromosom sel. Dengan bantuan zat penyebab
kanker alias karsinogen, sel normal berubah menjadi sel ganas. ‘Namun,
sistem kekebalan tubuh yang baik bisa menghambat timbulnya kanker,’ kata
Henry. Menurut Henry ada beberapa faktor yang bisa menimbulkan kanker,
termasuk kanker payudara. Makanan berlemak dan kurang serat salah satu
pemicu kanker. Tak hanya itu, keletihan, merokok, stres, pencemaran
lingkungan, dan faktor genetika pun turut berperan dalam timbulnya
kanker.
Pada
Januari 2009, Sri mengkonsumsi campuran propolis, madu, dan royal jelli
yang sudah diolah dalam bentuk sirup. Sri mengkonsumsi 3 kali sehari
masing-masing sesendok makan. Efek yang ia rasakan, tubuh merasa nyaman,
rasa nyeri seperti tusukan kawat dan teriris silet hilang. Hal penting
lain, benjolan di payudara mengecil dari 4 cm menjadi 0,5 cm. Ketika
memeriksakan diri, dokter sampai terheran-heran melihat perkembangan sel
kanker yang mengecil.
Sitotoksik Propolis ampuh mengendalikan sel kanker payudara?
Propolis
bermakna pelindung sarang lebah dari ancaman pihak luar. Ia bersifat
desinfektan untuk mensterilkan lebah yang masuk sarang. Lebah rentan
serangan virus dan bakteri. Propolis biasanya bersumber dari resin atau
getah tanaman, kemudian dicampur dengan lilin dan direkat dengan air
liur lebah. Propolis yang dikonsumsi Evie Sri diuji oleh Laboratorium
Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Hasilnya, propolis kaya akan kandungan alkaloid, flavonoid
sebagai antioksidan, polifenol, saponin, tanin dan quercetin.
Menurut
Costas Koumenis, asisten profesor di Pusat Kesehatan Baptis Universitas
Wake Forest, Amerika Serikat, propolis pun kaya kandungan CEPA Caffeic
Acid Phenetyl Eester. CEPA bersifat antiperadangan dan berfungsi
melindungi kerusakan sel hati akibat pemberian obat-obatan kemoterapi.
Khasiat propolis sebagai pembunuh sel kanker dibuktikan oleh Tri Yuliati
SKM dari LPPT UGM. Ia menguji keampuhan propolis untuk menguji sel HeLa
dan sel SiHa (kanker rahim), sel T47D (kanker payudara), serta MCF7
(kanker payudara). Hasilnya, propolis mempunyai nilai LC50 15,625-62,5
g/ml. LC50 adalah konsentrasi yang menyebabkan kematian sel kanker
sebesar 50%.
Hasil
serupa dibuktikan oleh Dr drh Pudji Astuti MP dan drh Sitarina
Widyarini, MP, PhD dari LPPT UGM. Caranya, 40 tikus betina galur Sprague
dawley umur 5 minggu dibagi ke dalam tiga kelompok perlakuan.
Masing-masing kelompok berjumlah 10 ekor.Kelompok 1 diinduksi dengan
DMBA dimetilbenz(a)ntrasen yang bersifat karsinogenik. Dalam kelenjar
susu, DMBA ini akan diubah menjadi epoksida, suatu metabolik aktif
perusak molekul DNA. Itu, suatu kondisi penyebab timbulnya kanker
payudara. DMBA dilarutkan terlebih dahulu dalam minyak jagung dan
diinduksikan dengan dosis 20 mg/kg bobot tubuh. Kelompok II sepekan
sebelum pemaparan DMBA, diberi propolis berdosis 2,5 ml/kg bb sebanyak 2
kali sehari. Tikus dalam kelompok ketiga diinduksi DMBA berdosis 20
mg/kg bb. Sepekan sebelum perlakuan tikus diberi minyak jagung yang
diinduksi DMBA dengan dosis dan frekuensi yang sama dengan kelompok 2.
Pemberian minyak jagung dan propolis dengan dosis yang sama tetap
dilajutkan selama proses pemberian DMBA.
Hasilnya:
ketika diukur sebulan kemudian pada kelompok I perkembangan nodul alias
benjolan pada tikus semakin membesar, mencapai 87,5% dari 8 tikus yang
tersisa. Bandingkan dengan kelompok 2 dan 3 yang memberikan hasil nodul
semakin mengecil masing-masing mencapai 69,23% dan 66,66% dari hewan
uji. Penelitian itu pun membuktikan terjadi pengecilan nodul dari
diameter 1,8 cm menjadi 0,6 cm setelah 1 bulan pemberian propolis. Hasil
itu persis yang dialami Evie Sri. (Faiz Yajri/Peliput: Rosy Nur
Apriyanti)